FKPT Riau Gelar Dialog Pencegahan Radikalisme Dan Terorisme Melalui Perspektif Ekonomi

PEKANBARU, seputarriau.co - Ketika terjadinya aksi teror, dampak yang ditimbulkan tidak hanya terjadinya korban jiwa, kerusakan fasilitas, dampak yang tak kalah hebatnya juga terjadi pada sektor ekonomi.

Hal itu disampaikan Koordinator tim ahli Badan Nasional Pecegahan Terorisme (BNPT), Anwar Sanusi MM, dalam sambutannya saat membuka kegiatan Dialog pelibatan masyarakat dalam pencegahan radikalisme dan terorisme melalui perspektif ekonomi, yang ditaja oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Riau, Rabu (26/10), di hotel Alfha Pekanbaru.

Kerena itulah menurutnya, sosialisasi atau dialog pencegahan radikalisme dan terorisme itu diberikan kepada berbagai komponen atau elemen masyarakat. Pencegahan terhadap aksi terorisme ini bukan hanya menjadi tanggung jawab aparat penegak hukum, melainkan oleh semua elemen masyarakat dari berbagai bidang.

"Termasuk terhadap para pengusaha muda, organisasi-organisasi perempuan, seperti yang dilaksanakan hari ini," sebutnya.Anwar mencontohkan, ketika terjadi bom Bali pada tahun 2009 lalu, sektor ekonomi khususnya bagi pengrajin berbagai atribut atau souvenir khas Bali adalah yang merasakan dampaknya secara langsung, beberapa minggu bahka sampai berbulan-bulan, mereka dalam kondisi tidak stabil penghasilannya.

"Belum lagi trauma psikis yang juga dirasakan oleh mereka, karena merasa was-was jangan-jangan ada lagi kejadian yang bisa mengancam jiwa mereka, inilah salah satu conton dampak dari sisi ekonomi dari kejaian teror tersebut," pungkasnya.

Karena itulah, lanjutnya, peran pihak yang berkecimpung dalam sektor ekonomi ini dalam mencegah terjadinya radikalisme dan terorisme sangat diperlukan. Karena rasa aman dan nyaman dalam melaksanakan usaha merupakan suatu yang mutlak dibutuhkan oleh pelaku ekonomi, hingga usahanya bisa berjalan dengan sukses.

"Saudara-saudara ini juga kan bagian dari orang tua yang memiliki anak, dimana sebagian besar pelaku dari teror yang terjadi saat ini pada umumnya adalah mereka yang masih usia muda, karena mereka memiliki jiwa yang labil, yang jika tidak diarahkan karah yang baik, akan mudah terjerumus kepada hal-hal yang radikal," pungkasnya.

Hal ini ditambah dengan semakin maju dan berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi saat ini, dimana setiap orang bisa dengan mudah mengkases berbagai informasi dari berbagai penjuru dunia, hanya melalui polsen atau telpon gennggam.

"Ini juga menjadi perhatian bagi orang tua, agar bisa selalu mengontrol anak-anaknya saat membuka situs-situs ketika menggunakan internet, karena banyak sekali situs paham radikal ini yang dengan bebas bisa diakses. Sekali lagi tugas dan tanggung jawab kita semua lah dalam mencegah terjadinya tidak radikalisme dan terorisme ini," ungkapnya.

Adapun peserta dalam kegiatan yang dilaksanakan satu hari tersebut, diikuti sebanyak 170 peserta, dari kalangan bisnis, organisasi wanita dan organisasi ekonomi.
(MN/ Humas Riau)


[Ikuti Seputar Riau Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar