Sampah itu adalah 'Pikiran'
.jpeg)
JATENG, seputarriau.co - Seorang filosof asal Perancis pernah mengungkapkan, "cogito, erga sum" (aku berpikir, karena itu aku ada). Itulah yang dikatakan Rene Descartes 400-an tahun yang silam.
Berpikir Alur nalar yang merupakan perkembangan cara manusia memandang sesuatu dengan akal. Berproses secara logika, berjalan mengikuti waktu. Kali ini mencoba 'menalarkan' akan keberadaan sampah.
Sampah, Pikiran kita akan mengatakan itu sampah, ketika benda yang dimaksud itu dibuang, habis pakai, kotor dan berakhir di tempat sampah. Contohnya : dedaunan yang gugur, lalu dimasukkan bak sampah. Karena memang dipikir dedaunan itu sampah.
Tetapi, kalau pikiran kita dedaunan itu bukan sampah, maka dedaunan yang gugur itu bukanlah sampah, melainkan berubah menjadi benda lain. Contohnya : dedaunan yang berguguran, disimpan dalam waktu tertentu akan berubah menjadi pupuk kompos, itu bukanlah sampah.
Ada lagi, semisal plastik. Saat habis pakai, plastik akan bermuara di tong sampah. Itulah pikiran kalau benda itu sampah. Tetapi, plastik yang habis pakai bisa dirubah fungsinya menjadi polybag tanaman, pot tanaman, kerajinan bernilai ekonomis, bijih plastik, maka plastik habis pakai tersebut bukanlah sampah.
Dan yang menjadi momok persampahan dewasa ini adalah sampah dari rumah tangga berupa sisa-sisa makanan, buah-buahan, hewan mati dll, yang lama-kelamaan mampu mengeluarkan bau busuk menyengat.
Solusi, Momok sampah tersebut bisa dimasukkan ke dalam reaktor ET (Ember Tumpuk) dengan manfaat tidak tercium bau busuk, sampah berubah menjadi POC (Pupuk Organik Cair) dan kompos yang bukanlah sampah.
Cara pandang inilah yang perlu kita maknai sebagai cara berpikir yang lebih 'manusiawi' dalam memperlakukan sampah. Bisa dibayangkan, 278 juta warga Indonesia berpikir seperti itu, tentunya urusan sampah telah mendapatkan tempat yang semestinya.
Urusan sampah telah selesai sebelum berakhir di tong sampah, di TPA-TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah yang selama ini mengalami overload kapasitas yang mencemari lingkungan sekitarnya, Olehnya, lebih bermartabat, mengurangi sampah dari sumber hulu-nya.
(eNeS)
Tulis Komentar