Miskin Kepercayaan Antar Pengurus Masjid dan Solusinya

PEKANBARU, seputarriau.co - Menjaga kemakmuran masjid dibutuhkan effort dan usaha yang sejalan antar sesama pengurus, baik antar ketua (DKM) dan anggotanya bahkan dengan para jamaahnya. Banyak sekali permasalahan antar pengurus yang bermunculan karena tidak adanya rasa saling percaya. Menganggap tidak bekerja dengan maksimal, tidak sesuai target, dicurigai, diawasi dan lain-lain. Hal ini kerap terjadi di beberapa masjid. 

Bagi para sahabat yang mengalami hal ini agar bersabar dan perlu kita diskusikan bersama para pengurusnya langsung.

Wajar saja terjadi, ini merupakan bagian dari ujian dalam kebaikan, semakin tinggi sebuah pohon maka semakin lebat anginnya. Tugas kita bagaimana agar pohon ini tetap kuat dan kokoh !

Rapuhnya rasa saling percaya akan berakibat pada kinerja tim di lapangan yang tidak kondusif, akan timbul rasa keragu-raguan. Semua terjadi bukan karena tiba-tiba tanpa penyebab, pastinya muncul karena ada sebab. Kejadian ini harus segera dirapikan dan diluruskan secepat mungkin.

 

trustttttttt-768x374
Ada beberapa solusi yang harus dilakukan untuk menghapuskan rasa tidak saling percaya, ini wajib bagi ketua (DKM) dan anggota pengurus masjid.

1. Melakukan Pendekatan

Untuk mengenal sesuatu tentunya kita harus dekat dengan sesuatu tersebut, baik dekat secara fisik (bertemu) bahkan dalam emosional (perasaan). Maka kita perlu mempelajari sifat dan karakter orang tersebut. Bagaimana tingkah laku orang tersebut saat bekerja, dan melakukan aktifitasnya. Jika kita sudah mengetahui personal orang tersebut. Maka tinggal kita lakukan pendekatan, apa yang paling orang tersebut sukai dan apa tujuannya ia bekerja dimasjid, dan bagaimana caranya agar orang tersebut terus bertambah semangat dalam bekerja. Bisa diberi penghargaan, hadiah dan lain-lain, tidak harus banyak yang penting ada.

2. Membangun Komunikasi

Komunikasi ini sangat penting, tanpa adanya komunikasi maka arah dan tujuan kerja akan melemah. Untuk terus menumbuhkan kualitas kerja yang baik maka dibutuhkan komunikasi yang baik, misalnya terkait kebutuhan dan program-program masjid, apa yang diperlukan dan persiapkan. Masalah muncul karena jarangnya komunikasi antar pengurus. Jika komunikasi dibangun maka akan terus tersambung, informasi dari segala arah akan mudah disampaikan dan diselesaikan secara bersama-sama.

Komunikasi antar pengurus masjid layaknya sebuah jaring ikan, jika jaringnya rapat maka akan banyak ikan yang didapat, namun jika jaringnya jarang-jarang (tidak rapat) maka akan sedikit ikan yang didapat, bahkan ikan-ikan tersebut nyaris lepas semua, jadi perkuatlah jaring, rapatkanlah jaring, seringlah komunikasi (diskusi, kumpul).

3. Berani Intropeksi

Orang yang merdeka dialah orang yang mampu dan berani berintropeksi, menerima segala risiko dan kesalahan yang dia lakukan, dengan tujuan akan kebaikan dan meraih kesuksesan yang lebih baik dan menjadi baik. Berfikir ulang (flashback) apakah apa yang dilakukan sudah benar tepat sasaran dan tujuan, atau justru sebaliknya tidak ada kemajuan dan perkembangan. Saya yakin ketika kita menjadi seorang pengurus tentunya hati kita sudah teruji dan berani untuk berubah, apalagi kita sedang mengerjakan proyek akhirat, hal ini tidak main-main, jika kita salah jalur maka kita sadar, maka harus segera bangkit dari kesalahan-kesalahan tersebut. Harus menjadi motivasi menuju kebenaran.

4. Singkirkan ego/ egoisme

Sekali lagi kami sampaikan ini merupakan penyakit hati yang sulit di basuh dan bersihkan, kadang hinggap dalam diri kita tanpa kita sadari, terkadang ego terlihat seakan-akan merupakn kebenaran, selama ego masih membandel dalam diri kita selama itupula semua masukan dan kebijakan akan dilakukan dengan sepihak, orang yang ber-ego tinggi tidak mau menerima saran, arahan, pendapat apalagi nasehat. Jika kita merasa sifat-sifat ini ada dalam diri kita maka segeralah berubah. Dalam sebuah tim terutama bekerja untuk masjid ego ini harus kita buang jauh-jauh, karena dari ego ini akan banyak pihak yang dirugikan, ego ini merupakan penyakit hati. Apalagi masjid merupakan tempat yang suci dan mulia, tidak patut jika pengurusnya mempunyai ego yang tinggi. Nantinya akan menimbulkan fitnah dan ghibah antar sesama pengurus. Dan bisa jadi akan ada pihak-pihak yang ter-dzolimi, Naudzu billahimin dzalik.

5. Tidak ada yang menjadi bos

Mengurus masjid bukan bertujuan untuk menjadi seorang pengurus yang keren, ternama, populer, hebat. Mengurus masjid bukan tempat untuk menyuruh anggota / relawan / karyawan masjid dengan semaunya tanpa diskusi dan perhitungan yang tepat. Di masjid tidak ada yang namanya bos. Kita di masjid adalah hamba, pelayan ummat dan agama. Bos kita adalah Allah SWT.

Jadi ketika ketika berani mengambil tanggung jawab mengurus masjid, hal yang harus kita tanamkan dalam jiwa dan sanubari kita adalah kesetaraan antar pengurus. kita adalah rekan kerja (partner kerja). Walaupun sebenarnya kita lebih tua, atau jabatannya lebih tinggi. Namun kita harus menanamkan dalam diri kita bahwa kita semua adalah sama. saling mendukung dan mengayomi satu sama lain.

Semoga bermanfaat, nantikan materi manajemen masjid berikutnya…

#sekolahmasjidindonesia

#manajemenmasjid

Penulis : Budi

(MN)


[Ikuti Seputar Riau Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar