Global Wakaf

Inovasi Praktik Wakaf di Era Revolusi Industri 4.0

JAKARTA, seputarriau.co - Di era kapitalis di mana profit menjadi tujuan utama berbagai pihak, dunia menjadi arena bertemunya mereka yang bersaing demi mencapai keuntungan sebesar-besarnya. Keberadaan dan pengaruh dari era ini tak dapat dipungkiri menjadi tantangan tersendiri bagi umat muslim.

Umat muslim menjawab tantangan ini dengan apa yang sebetulnya sudah mereka miliki sejak lebih dari satu milenium lamanya, yaitu dengan wakaf dan maqasid syariah. Adapun maqasid (tujuan-tujuan utama) syariah di antaranya Hifdz Ad-Din (Memelihara Agama Islam), Hifdz An-Nafs (Memelihara Jiwa), Hifdz Al’Aql (Memelihara Akal), Hifdz An-Nasb (Memelihara Keturunan), dan Hifdz Al-Maal (Memelihara Harta). Namun, mengingat kapitalisme saat ini telah merasuk ke berbagai sendi kehidupan masyarakat global, tentunya diperlukan inovasi dalam penerapan wakaf demi mendukung terbentuknya masyarakat muslim yang mandiri dan stabil.

Konferensi Wakaf Internasional ke-6 pada 19-22 November 2018 lalu Bangkok, Thailand menjadi wadah bagi mereka yang memiliki kepedulian mengenai permasalahan ini. Pada kesempatan ini, Global Wakaf ikut serta memaparkan 2 paper terkait praktik wakaf produktif di Indonesia.

 

Paper pertama berjudul “Waqf Humanitarian Relief: Waqf and Disaster Recovery Program Case Study; Lombok, Indonesia Earthquake”. Paper ini fokus membahas bagaimana pengelolaan wakaf secara produktif dapat menunjang pemulihan pascabencana di Lombok. Misalnya saja, pengguliran program Warung Wakaf, Lumbung Pangan Wakaf (LPW), dan Sumur Wakaf di Lombok.

Baik Warung Wakaf dan LPW menekankan pemulihan Lombok dari sisi ekonomi, dengan pendekatan yang beda. Warung Wakaf mengangkat perekonomian warga terdampak dengan penerapan bisnis ritel berbasis wakaf, sementara LPW dengan pendekatan pertanian, bidang yang banyak digeluti oleh masyarakat Lombok. Ikhtiar tersebut berujung pada pemberdayaan masyarakat terdampak bencana, tentunya dengan tujuan kemandirian pangan dan ekonomi.

“Sementara Sumur Wakaf, ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan air para warga setiap harinya. Tidak hanya untuk memasak, mandi, cuci, dan kakus, namun juga untuk bercocok tanam. Pada akhirnya, sumur wakaf ini turut menopang pekerjaan mereka, awal dari pemulihan Lombok,” ungkap Danu Putera Anugrah dari Tim Global Wakaf yang mempresentasikan paper pertama tersebut, Selasa (20/11).

 

Ada pun paper kedua berjudul “Global Qurban: Empowering Communities Through Management of Livestock from Endowments”. Simultan dengan penyampaian paper pertama, paper ini membahas mengenai program kolaborasi antara Global Wakaf dan Global Qurban.

Kolaborasi tersebut berupa pengoptimalan program Lumbung Ternak Wakaf (LTW). Pengelolaan LTW di antaranya pengembangbiakan ternak,yang diwakafkan oleh wakif. Aset ternak ini dijaga, sementara hasil pengembangbiakan ternak wakaf dapat diperuntukkan sebagai hewan kurban yang dapat dijual dengan harga yang amat terjangkau. Dengan demikian, manfaat dari pengelolaan ternak wakaf ini menjadi kemudahan bagi umat muslim untuk berkurban.

Dengan peningkatan pencapaian dan varian programnya, Global Qurban mampu mengajak sebanyak-banyaknya publik untuk menunaikan wakaf ternak. Selain itu, kenaikan jumlah hewan kurban yang didistribusikan melalui Global Qurban sekaligus jangkauan wilayah distribusi setiap tahunnya, memperkuat kepercayaan publik terhadap Global Wakaf.

(rls/ act)


[Ikuti Seputar Riau Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar