Stok Minyak Mentah Naik, WTI Turun
JAKARTA, seputarriau.co – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) bergerak turun pada perdagangan pagi ini, Rabu (15/8/2018), menyusul laporan industri yang menunjukkan peningkatan mengejutkan dalam jumlah stok minyak mentah di AS.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September diperdagangkan di US$66,71 per barel pada pukul 04.39 pagi waktu setempat, setelah berakhir di posisi 67,04 di New York Mercantile Exchange pada perdagangan Selasa (14/8). Total volume yang diperdagangkan pada Selasa mencapai sekitar 23% di bawah pergerakan rata-rata 100 hari.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Oktober ditutup turun 15 sen di level US$72,46 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium US$6,13 terhadap WTI Oktober.
Dilansir Bloomberg, American Petroleum Institute (API) dikabarkan melaporkan kenaikan jumlah persediaan minyak mentah domestik sebesar 3,66 juta barel pekan lalu. Padahal, para analis dalam survei Bloomberg memprediksikan penurunan stok minyak mentah sebesar 2,5 juta barel pekan lalu.
Pada saat yang sama, jumlah persediaan di Cushing, Oklahoma, mencatat kenaikan terbesar sejak Maret jika data Energy Information Administration (EIA) mengonfirmasikan hari ini. Penurunan harga minyak sebelumnya juga karena terbebani penguatan dolar AS.
Jumlah persediaan di Cushing bertambah 1,64 juta barel pekan lalu, sedangkan jumlah persediaan bensin turun 1,56 juta barel dan stok minyak distilasi meningkat 1,94 juta barel.
“Kenaikan sebesar 3,66 juta benar-benar mengejutkan pasar,” kata Phil Flynn, analis pasar senior di Price Futures Group Inc. “Adapun kenaikan di Cushing, Oklahoma meningkatkan kekhawatiran bahwa kemungkinan permintaan sedikit berkurang.”
Harga minyak mentah acuan AS rata-rata berada di bawah US$68 per barel bulan ini karena tertekan tensi perdagangan antara AS dan China yang mengancam permintaan energi global. Di sisi lain, sanksi pemerintah AS yang mengancam menghambat ekspor minyak Iran berpotensi menciptakan shortfall.
( MN/ Bisnis)
Tulis Komentar