Melalui Rumah Batik Andalan, RAPP Bantu Ekonomi Masyarakat Sekitar
Ket Foto : Yani merupakan pembatik dari Rumah Batik Andalan (RBA). Saat ini ia telah mahir membatik dan dari penghasilan dari membatik dapat mencukup ekonominya sehari-hari.
PANGKALAN KERINCI, seputarriau.co – Perusahan yang beroperasi di sekitar masyarakat harus memiliki peran terhadap perkembangan masyarakat sekitarnya.
PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang tergabung dalam Asia Pasific Resources International Holdings (APRIL) menyadri hal itu dengan berusaha memberdayakan ibu-ibu di sekitar wilayah operasionalnya di Rumah Batik Andalan (RBA).
Tujuannya untuk meningkatkan keterampilan perempuan dengan membuat mereka mampu memperbaiki pendapatan rumah tangga mereka.
Yani Oktavia (22) salah satu dari pengrajin batik RBA tersebut misalnya. Sebelum menjadi pengrajin batik, ia belum memiliki pekerjaan tetap. Orangtuanya hanya mampu menyekolahkan hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Namun, keinginan kuat mengantarkannya menjadi pengrajin batik di RBA. Ia mengakui, awal menjadi pembatik harus dilalui dengan latihan terus-menerus.
“Saya terpilih bersama dengan 50 perempuan di Pangkalan Kerinci. Awalnya memang sulit membatik itu, tapi saya terus berlatih tidak sampai lima bulan saya sudah bisa membatik. Dari membatik, Alhamdulillah saya sudah memiliki penghasilan cukup, Rp 2 juta hingga Rp 3 juta,” ujarnya.
Setiap hari, ia mengerjakan pesanan batik dari berbagai pihak, perusahaan, pemerintahan dan masyarakat, baik batik cap dan batik tulis.
“Batik tulis memiliki kesulitan tersendiri. Karena kita melukis di atas kain, kita harus fokus dan jeli,” ujarnya.
Ia bangga menjadi pembatik di RBA. Sebab, selain dapat membantu perekonomian keluarga, tidak semua orang bsa menjadi pembatik, karena butuh ketekunan dan latihan yang serius,” ujarnya.
Saat ini, RBA telah menjadi pusat batik di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Tahun 2015 lalu, RBA mendaftarkan pola bono yang unik dan tahun 2016 pola daun kayu putih, daun akasia, lakum (buah lokal yang menyerupai buah anggur) dan timun suri (varietas mentimun lokal).
Bono yang berarti ‘tujuh hantu’ adalah fenomena alam spektakuler yang terjadi setahun sekali- gelombang besar yang terbentuk oleh pasang surut laut muncul di Sungai Kampar dan untuk peselancar sukacita, tetap ada berjam-jam.
Belajar dari keberhasilan RBA, RAPP kini mendirikan pabrik serupa di Kecamatan Kuantan Singingi, Riau, di dekat area konsesinya. Direktur CD RAPP, Marzum mengatakan keahlian membatik tidak mungkin dikuasai dalam waktu singkat, sebab harus didukung oleh niat dan kemauan yang kuat dari peserta. Ia berharap para peserta mampu menyerap ilmu yang diberikan sehingga maka dapat bergabung dalam keluarga pembatik RBA.
“Kami melihat kemauan dan usaha belajar para ibu-ibu dalam membatik sangat tinggi, kami akan terus bina,” ujarnya. (Rls)
Tulis Komentar