Minimalis Limbah B3 Diperairan Riau
PEKANBARU, seputarriau.co - Kondisi lingkungan di Riau semakin memprihatinkan. Hal ini dikarenakan, penggunaan bahan kimia berbahaya (B3) masih sering diterapkan dalam berbagai aktivitas manusia. Kondisi ini tentunya sangat membahayakan keseimbangan alam dan mengancam kesehatan makhluk hidup, terutama manusia. Seperti terlihat dalam beragam aktiitas pertambangan.
Seperti penggunaan merkuri dalam kegiatan pertambangan emas. Penggunaan logam yang tergolong berbahaya di alam tersebut dipilih karena efektif dalam proses penjernihan dan pemilhan emas yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Pemerhati Lingkungan Dr Tengku Ariful menilai, penggunaan merkuri memang menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam proses penambangan emas. Apalagi untuk penambangan emas tanpa izin (peti) yang kurang mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan.
"Dalam proses memisahkan emas dalam penambangan emas memang memerlukan merkuri. Logam merkuri ini satu-satunya logam berat yang bersifat cair. Karena wujudnya bersifat cair, jadi sangat mudah menyatu dengan beragam komponen di alam semesta. Tapi logam ini dapat membahayakan kondisi ekologis,’’ terangnya.
Penambangan yang dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan terakumulasinya merkuri pada lingkungan sehingga kadar merkuri akan semakin tinggi. Konsentrasi atau kadar merkuri disebabkan oleh pelarutan dari sedimen sungai yang mengandung merkuri serta partikel halus yang terbawa oleh limbah akibat proses amalgamasi. Jangka waktu yang cukup lama, logam merkuri dapat teroksidasi dan terlarut dalam air permukaan sehingga membahayakan lingkungan.
Persoalan penggunaan merkuri memang perlu mendapatkan penanganan yang serius. Begitu juga dengan pengawasan dan pendekatan yang lebih pro lingkungan.
"Jadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah itu adalah dengan kontrol dari pemerintah. Jadi aktivitas pertambangan yang menggunakan bahan-bahan yang berbahaya yang kita sebut limbah B3 atau bahan berbahaya dan beracun harus dieliminir. Termasuk di dalamny itu logam berat seperti merkuri,’’ imbuh Ariful.
(MN/MCR)
Tulis Komentar