Unri Gelar FGD Bahas Persiapan Menuju PTN-BH

 

Unri Gelar FGD Bahas Persiapan Menuju PTN-BH

 
PEKANBARU, seputarriau.co - Universitas Riau (Unri )menggelar Focus Group Discussion (FGD), membahas persiapan dan percepatan diri menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) dari Badan Layanan Umum (BLU), Jum'at (29/9).

Kegiatan ini dibuka  Rektor Unri Prof Dr Sri Indarti dilangsungkan di ruang Siak Sri Indrapura Gedung Rektorat Kampus Bina Widya Unri.Pemateri yang diundang membahas alasan mengapa Unri harus menjadi PTN-BH serta bagaimana perspektif Unri kedepan setelah melakukan perubahan status perguruan tinggi.
Para pemateri adalah Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Kemendikbudristek) Prof Ir Nizam DIC PhD IPU ASEAN Eng dan Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Prof  Ganefri.

Dalam kata sambutannya, Rektor Unri menjelaskan, FGD merupakan langkah awal keseriusan Unri mendorong peningkatan status menuju PTN-BH. Sri meminta, jajarannya mendengar arahan dan penguatan yang diberikan Dirjen Dikti untuk menuju PTN-BH.
"Dengan memahami arahan dari Dirjen, kita akan memiliki kesamaan pandangan serta tekat untuk mewujudkannya sehingga Unri dapat terus berakselerasi menjadi kampus unggul dan berdaya saing," pesan Sri.
Unri sebut Sri, saat ini juga telah mulai membenah diri menyelenggarakan perguruan tinggi yang bermutu mulai dari akreditasi 60 pesen harus unggul dan A".
 
Untuk akreditasi program studi (Prodi) kata Sri menjelaskan, di Unri sudah lebih dari 40 persen unggul atau akreditasi A.

"Maka cara mengelola organisasi PTN-BH harus berdasarkan prinsip tata kelola yang baik berperan dalam pembangunan perekenomian dan menjalankan tanggung jawab social serta memenuhi standar minimum kelayakan finansial," jelas Sri.
Kepada Dirjen, Guru Besar bidang Manajemen ini menyampaikan, pihaknya perlu mempelajari menuju PTN-BH adalah kelayak finansial yang tidak membebankan kepada UKT mahasiswa dengang mengoptimalkan aset yang ada di Unri.

Dijelaskan Prof Nizam selaku Plt Dirjen Kemendikbudristek bahwa PTN-BH pada dasarnya merupakan puncak dari otonomi yang diberikan pada perguruan tinggi negeri dalam menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi yang berkualitas untuk memberikan layanan yang terbaik bagi anak anak dengan tatakelola yang baik. 

"PTN-BH ini mengandung makna yang utuh dengan kemampuan mengelola riset dan sumber daya secara mandiri, secara otonom. Namun tetap memiliki tanggung jawab sosial sebagai perguruan tinggi milik negara untuk memberikan layanan terbaik bagi pemangku kepentingannya," jelas Plt Dirjen. 
Prof Nizam menyampaikan, banyak sekali persepsi dan pandangan mengenai otonomi. Dimana beberapa orang melihatnya secara positif dan ada yang melihatnya secara negative. 
 
"Secara filosofi perguruan tinggi sebagai satu institusi yang harusnya mandiri didalam berpikir, mandiri didalam berpendapat, jadi sangat perlu untuk memiliki otonomi yang utuh," terang Prof Nizam. Selain itu, disisi lain, otonomi selalu memiliki dua sisi mata uang yaitu tanggung jawab. 

"Karena semakin tinggi otonomi maka akan semakin tinggi pula tanggung jawabnya," untuk Prof Nizam.

Dilain pihak, ada juga pendapat bahwa kampus yang berbadan hukum menjadikan universitas akan lepas dari pemerintah dan tidak punya ikatan dengan pemerintah, menganggap dirinya seperti swasta.
"Ini yang tidak benar. Karena bagaimanapun PTN-BH namanya juga PTN yang berbadan hukum yang diberikan otonomi yang lebih luas untuk mengelola sumber dayanya, tetap merupakan unit kerja yang berada lingkup pemerintah sebagai perguruan tinggi negeri," kata Prof Nizam menjelaskan. 

Artinya, sebut PlNizam, bahwa PTN-BH memerlukan kreativitas dalam mencari pendanaan. Sehingga perguruan tinggi tidak melulu bergantung kepada APBN atau uang SPP mahasiswa. 

Prof Nizam juga menanggapi anggapan perguruan tinggi perlu keluar dari zona nyaman seiring destruksi di dunia pendidikan yang semakin pesat. 

"Perguruan tinggi perlu keluar dari zona nyaman untuk selalu berinovasi dan berkreasi, berfokus pada sarjana yang akan dihasilkan, serta berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan. Dan perguruan juga tinggi perlu mendestruksi dirinya agar tetap relevan dan eksis, sehingga turut mewarnai perubahan dan bukan ditinggal oleh perubahan," pesan Prof Nizam.

"Leadership, Ownership, Transformasi, Enterprenuership, Efisiensi, Kreativitas dan Kolaborasi (LOTEK) merupakan kunci membangun reputasi perguruan tinggi yang bagus.
Karena leadership atau kepemimpinan harus ada di semua level di perguruan tinggi dengan organisasi dan tata kelola, terutama pada PTN yang diberikan otonomi yang luas, kuat serta penuh," kata Prof Nizam.

Artinya, pesan Prof Nizam, Ownership atau rasa memiliki yang harus tertanam di seluruh civitas akademika karena berhubungan langsung dengan hidup, mati, maju dan mundurnya perguruan tinggi tersebut.

"Transformasi adalah perguruan tinggi harus mampu melakukan perubahan yang mengikuti zaman agar menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan kebutuhan industri," imbuh Nizam.
Terakhir, kata Prof Nizam, entrepreneurship tidak selalu berarti membuat suatu usaha, namun kemampuan untuk melihat peluang dan segera menangkap peluang tersebut, dan Efisiensi, perguruan tinggi harus mengefisiensikan sumber daya yang ada secara tepat karena akan mempercepat akselerasi perubahan sesuai yang harapkan.

(MN)
 


[Ikuti Seputar Riau Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar