Bank Syariah Garap Sektor Properti
ilustrasi properti
JAKARTA, seputarriau.co - Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ahmad Buchori menyebutkan, dua tahun terakhir ini porsi pembiayaan properti berupa rumah tinggal dan apartemen mengalami peningkatan. OJK mencatat, pembiayaan untuk sektor ini meningkat 11,23 persen dari Rp 42,43 triliun pada Desember 2014 menjadi Rp 47,09 triliun Desember tahun lalu.
"Begitu pula dengan pangsa pembelian properti dari total pembiayaan perbankan syariah mengalami peningkatan share dari sebelumnya 21,24 persen dengan pembiayaan sebesar 199,33 triliun meningkat pangsa pasarnya jadi 22,11 persen dari total pembiayaan," ujar Ahmad dalam seminar mengenai properti syariah di Hotel Sofyan Betawi, belum lama ini.
Tak hanya itu, Ahmad juga mengungkapkan perbankan syariah menunjukan tren yang baik dengan adanya penurunan NPF atau non performing financing dari sebelumnya 2,7 persen pada 2014 menjadi 2,35 persen akhir tahun lalu.
"Di mana NPF properti lebih bagus dari NPF industri perbankan secara umum yang capai 4 persen. Bahkan di daerah Bintaro, Tangerang ada NPF sampai nol persen," ujar Ahmad.
Pasar properti yang besar, menurut Ahmad, harus bisa digarap dengan baik oleh perbankan syariah. Meski begitu, pertumbuhan perbankan syariah memang sempat turun pada 2013, mengikuti kondisi ekonomi saat itu dan pergerakan sektor riil yang ikut lesu.
Ia menilai, masa kelam itu perlahan bisa dilewati dan yang ada saat ini justru indikator makro ekonomi mengalami pergerakan yang cukup signifikan, baik nilai tikar dan indeks harga saham.
"Membuat kami untuk terus jaga stabilitas dengan baik. Pemerintah dan OJK sudah tempuh banyak kebijakan agar proses jangka pendek tetap terkendali. Dalam kondisi ekonomi yang semakin kondusif kami yakin bahwa ke depan sorot ekonomi dan perbankan syariah bisa bangkit lagi," kata Ahmad.
Khusus untuk pembiayaan properti, Ahmad menilai arah perbankan syariah bisa mendorong pertumbuhan ekonomi termasuk pengembangan properti perumahan berupa toko dan hotel syariah. Ia menambahkan, dengan pola bisnis properti yang menggunakan jasa perbankan ataupun tanpa perbankan masih ditemui banyak tantangan.
Tantangan pertama dan yang paling utama, lanjut Ahmad, adalah properti syariah semestinya tidak hanya menjual kehalalan. Ia menilai, properti syariah juga harus bisa berperan layaknya properti konvensional yang membutuhkan inovasi produk dan penentuan segmen pasar yang jelas, serta butuh juga dukungan finansial yang memadai.
"Tadi sudah disinggung, perumahan syariah pertama masih butuh banyak inovasi produk. Saya pernah baca, perbankan syariah itu beberapa kali pada 2010 - 2011 kita jadi sponsor utama di REI Expo dan saat itu pertumbuhan properti syariah sangat tinggi," kata Ahmad.
(MN/ Republika)
Tulis Komentar