Petani : Mau Tidak Mau Harus Terima
SELATPANJANG, seputarriau.co - Dengan berat hati, itulah kenyataan yang harus diterima oleh para petani karet di Desa Mekong, Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Pasalnya, harga karet yangdibeli oleh para pengepul sangat murah, yaitu Rp 3.500 rupiah perkilogramnya.
Harga yang mereka terima sangat jauh dibandingkan dengan harga makanan pokok sehari-hari berupa beras. Untuk bisa membeli satu kilogram beras mereka harus bisa mengumpulkan setidaknya 3 kilogram susu karet agar bisa membeli 1 kilogram beras untuk makan sehari.
Menurut ketarang dari para petani mereka harus terpaksa menerima keadaan seperti saat sekarang ini. "Ya, mau tidak mau kami harus bisa terima, mau tidak mau harus dikerjakan, mudah-mudahan saja nantinya harga karet kembali naik," ucap beberapa orang petani, Rabu (24/02/2016).
Hal yang lebih memilukan lagi, para petani keret yang terletak diseberang Selat Malaka meraka rata-rata adalah para petani karet yang bekerja di ladang milik orang lain.
Mereka hanya mengambil upah yang mana hasilnya dibagi tiga (dua bagian untuk petani karet, satu bagian untuk pemilik kebun yang rata-rata warga Tionghoa). Kondisi seperti ini sebenarnya mereka bisa bertahan, hanya saja, saat ini susu karet memang sedang menurun akibat musim panas yang berkepanjangan.
"Kalau musim panas hasil karet otomatis menurun. Lagi pula kami menoreh (melukai batang untuk mengambil susu karet, red) tidak boleh menggunakan ubat (cairan yang disapu di batang agar susu karet banyak keluar)," ujar Nur (53) warga Desa Mekong.
Petani-petani ini hanya bisa berharap agar suatu saat nanti harga karet kembali tinggi. Sehingga, dengan hasil perkilogram karet bisa pula mendapatkan satu kilo beras.
"Harapan sih besar, semoga setara dengan harga beras," harap mereka lagi. Di Desa Mekong selain menjadi petani karet, beberapa warga juga beraktivitas di laut seperti nelayan.
Namun, bagi laki-laki yang masih muda kebanyakan bekerja di luar daerah. Baik di dalam negeri, maupun di luar negeri.
(IS)
Tulis Komentar