In Memorium Tengku Mieko, Jebat Riau Yang Tak Dikenal Zaman
.jpeg)
In Memorium Tengku Mieko, Jebat Riau Yang Tak Dikenal Zaman
PEKANBARU, seputarriau.co - Tetiba grup WA yang saya baca pagi kemarin, menyiarkan kabar duka. Seorang sahabat, Tengku Mieko sudah berpulang keharibaan Sang Khalik.
Sontak saya terkejut, rasa duka merayap perlahan dilabirin qolbu. T.Mieko, seorang anak negeri, putra Melayu yang "menggelegar" suaranya, bila nasib Riau terpuruk, meluncur jadi "!padang perburuan".
T. Mieko telah membuktikan dherma bakti kepada Rantau Ceruk negeri. Tak perduli resiko terbenam di jeruji besi.
Memang, sejarah adalah mahkamah yang paling jujur. Ia hanya menangkap jenak jenak pejuang sejati, yang melakukan tindakan tindakan besar. Sejarah tidak mencatat para "pembual" atau perkara perkara kecil, prilaku individualis, kompetisi siapa terkaya versi majalah ini itu, atau parade manusia otoriter. Yang terakhir ini, kadang kala juga direkam, tetapi maqom nya sebagai pecundang, firaun-isme kontemporer.
Yg dicatat sejarah dengan sasa, adalah altruisme. Spirit ke luar, semangat pembelaan kepada orang lain, kepada bangsa dan negeri.
Disitulah T.Mieko berdiri. Diatas 2 lantai, satu penguasaan filsafat sejarah Siak (berarti sejarah Melayu Riau) dan kedua Praksis Perjuangan. Dia langsung Turun ke Laman. Bak "Hang Jebat" yang meng-aruk di halaman istana Sultan, mengharu biru segala angkara murka tipu muslihat Baginda.
Diatas 2 lantai itulah narasi politik melayu didendangkannya dengan rentak heroik. Sesuatu yang sudah hampir hilang dalam percaturan tanah Malayu. Yang bertamu dinegeri sendiri, ayam mati ditimpa lumbung padi..."
Eeeh.. T.Mieko bukan tipe pembual melayu, yang pandai bertanam tebu dibibir. Dia sudah bulat , membujur lalu melintang patah. Dia tidak suka dengan masking (topeng) ala "Hang Tuah" Riau hari ini, "didepan anak kemanakan sebut pembelaan, didepan perusahaan bilang "aman tu Tuan..."
"Bio aku tampo, mintak tampo...? Lepas kepale..." itulah ekspresi Kegeraman Altruistik Melayu dari seorang Mieko yang saya ikuti di grup "Lancang Kuning, PMBR (Pagar Negeri Bumi Riau) maupun grup lainnya. Sebuah ungkapan tulus, sesak dengan spirit pembelaan.
Dilema melayu hari ini adalah sebuah krisis. Bukan krisis ekonomi, hutan gundul, perusahaan yg menjarah tanah ulayat. Melainkan krisis yg sedang menghimpit Riau hari ini, adalah krisis manusia Mieko. Yg garang dan lantang mendentingkan altruisme melayu. Tak ada yang sudi "pasang badan" dan mencurahkan perhatian, jiwa pada jalan kesatria dubalang seperti yang dilakoni sepanjang hayat Almarhum yang berpulang.
Selamat jalan sahabat. Tidurmu begitu tenang. Sebab tugas mulia dan sejarah melayu telah kau tebas menuju jalan terang. Walau sejarah dan zaman, serta generasi mungkin tak kenal dan sudi mengenang.
(tulisan I)
Oleh : Elviriadi al Selatpanjangi
Tulis Komentar