Cerpen: Asa Di Telapak Pulau
Langit siang itu tampak cerah dan angin laut menderu membuat pokok kelapa yang ada di sekitar pantai melambai-lambai seumpama memberikan salam perpisahan bagi mereka yang akan berangkat ke seberang.Tak dapat dipungkiri lagi apabila hari libur sekolah sebagian anak-anak mencari umang-umang di sekitar pantai sekedar untuk menikmati keindahan pulau ciptaan yang maha kuasa.Kadangkala tanpa hari sudah mulai senja pun mereka masih asyik dengan aktivitasnya di bibir pantai itu.
“ Nia, hari sudah senja mari kita pulang “ teriak maknya
“ Sudah jam berapa ? “
“ Sudah mau maghrib, besok kita sambung lagi “
“ Tunggu sebentar mak, umang-umangnya masih banyak”
“ Sudahlah besok kita sambung lagi ya sayang.”
“ Iyalah, marilah mak.”
Setelah kedua anak manusia itu pulang,suasana menjadi gelap dan azan magrib berkumandang memecah ombak di lautan.Lampu di pulau itu baru dinyalakan tepat pukul 19.00.Suasana malam semarak di pulau itu dengan latihan grup musik zapin yang memecah keheningan.Ditambah dengan sinaran bulan yang menerangi sampai ke sudut rumah.Setelah acara selesai suasana pulau menjadi sunyi seumpama pulau yang tiada yang berpenghuni.Mereka pulang ke tempat tinggalnya lalu menutup jendela dan pintu rumah lantas tenggelam ke alam mimpi yang panjang sampai pagi.
Bagi sebagian manusia ketenangan yang demikian digunakan untuk memikirkan dan menatap masa depan yang akan dicapai.Sudah lama tak terdengar kabar berita dari kota bahwa katanya pemerintah di propinsi ini akan menyediakan sekolah lanjutan untuk anak penduduk pulau ini.Sampai detik ini rencana itu belum juga terwujud dan terlaksana.Kadangkala menjadi perbualan hangat bagi penduduk pulau itu tatkala menjaring ikan.
“ Sudah lama pulau kita tidak memiliki sekolah lanjutan Zal,Dari dulu hingga kini hanya janji kosong saja “ ucap Sami.
“ Kita tidah usah banyak berharap pada janji manusia,biasalah apabila sudah naik lupa segalanya dengan apa yang diucapkan “ Balas Zali.
“ Entahlah “
“ Aku tahu, anak kau sebentar lagi mau tamat dan melanjutkan kejenjang berikutnya.”
“Itulah yang aku risaukan, aku berharap semuanya sekolah dan kalau bisa jangan seperti nasib kita”
“ Ya, akupun berharap begitu juga “
“ Oh ya aku dengar Pemerintah mau jadikan pulau kita ini sebagai tempat wisata di rantau ini”
“ Sudahlah, jangan terlalu berharap jembatan yang ada di belakang rumah kau saja yang berusia 20 tahun belum juga diaspal”
“ Lalu..”
“ Iya jangan banyak berharap banyak pada mereka yang hanya melepaskan janji manis saja setelah itu kita dicampakkan “
“ Oh ya hari sudah mulai gelap,marilah pulang “
“ Ayolah”
Mereka lantas menarik jaring dan pulang menuju rumah diikuti dengan hempasan ombak yang cukup kuat.Begitulah kehidupan di pulau yang tak ramai dan hanya mengharap mimpi yang tak pasti.
***
“ Pemerintah Indonesia akan mengirimkan tentara ke pulau yang berhadapan langsung dengan negara tetangga karena di duga menjadi tempat penyeludupan barang-barang illegal dan tempat persembunyian mereka yang terlibat aksi terorisme “ terdengar jelas dari dari rumah penduduk di pulau itu yang mempunyai radio dan memakai alat menangkap siaran.
“ Apakah pulau kita ini salah satu akan dikirim tentara zal “
“ Entahlah, aku pun tak tahu “
“ Setahuku pulau kita selamat dari aksi penyeludupan, aku takut kita menjaring di laut membawa barang untuk menjaring ditangkap pula nanti “
“ Ahhhh..sudahlah, jangan pikir yang tidak-tidak. “
“ kau mau kemana Zal “
“ Biasalah cari angin”
“ Oh ya kalau sekiranya bertemu dengan pak Leman jangan lupa beritahu aku ya.Aku ada hal penting yang mau disampaikan dengannya.”
“ Iya, kalau aku tak lupa.”
“ Jangan pula dilupa-lupakan,ingat tu.” Sambil memandang Zal dengan nada gurau.”
Akhirnya Zal meninggalkan Sami dengan tujuan mencari angin,entah angin harapan ataupun pekerjaan untuk menutupi kebutuhan keluarganya.
Angin berhembus cukup kencang ditambah lagi dengan deburan ombak yang menapar bibir pantai sehingga menyebabkan abrasi.Setelah selesai mencari angin akhirnya Zal beristirahat di bawah pohon yang menghadap ke laut luas untuk melepaskan penat setelah satu hari mengilangkan permasalahan dengan berjalan.Belum sempat melepaskan penatnya dengan duduk di sekitar pohon tersebut terlihat dari kejauhan sebuah speed boat yang cukup mewah dan dibelangkangnya diiringi dengan dua buah speed boat lainnya yang kurang jelas karena terlihat masih jauh.Setelah Zal melihat dengan teliti baru diketahu bahwa yang di depan itu adalah pejabat negara yang datang berkunjung ke pulau ini.Sementara di belakangnya dua buah speed boat milik tentara yang mengawalnya.Maka dengan membuang masa Zal berlari menuju ke rumah penduduk dan memberitahukan apa yang dilihatnya.
“ Woooiii…tentara memasuki pulau kita.” Sambil berteriak dan berlari hingga berjumpa dengan Sami
“ Ada apa Zal, sehingga kau berteriak.” Kata sami.
“ Sami, pulau kita dikirim tentara,aku melihat mereka hampir mendekati pulau ini.”
“ Di mana kau melihatnya Zal.”
“ Laut di belakang rumah Razak, cepat kalau kau tidak percaya.”
“ Berapa kapal mereka datang Zal.”
“ Bukan kapal, tapi mereka menaiki speed boat di depannya ada seorang pejabat negara.”
“ Apa, aku tidak mengerti Zal.”
“ Mari kita bersama dengan orang kampung menuju ke sana.” Ajak Zal.
“ Mari.”
Matahari menyinarkan cahayanya dan angin masih berhembus cukup kencang.Burung-burung berterbangan seolah tahu akan peristiwa yang dilihat Zal.Akhirnya Zal dan Sami memberitahukan kejadian tersebut kepada orang kampung itu,setelah itu berkumpulah mereka semuanya,anak-anak sampai orang tua.Zal memberitahukan akan apa yang dilihatnya. Akhimya orang kampung di pulau itu berbondong-bondong menuju ke pantai.Dengan langkah penuh harapan siapa yang datang dan tujuan apa mereka datang ke pulau ini.Apakah sebagai ladang pertempuran atau tempat pelatihan tentara untuk disiapkan berperang suatu saat nanti.Seluruh orang kampung di pulau itu telah memenuhi bibir pantai menyaksikan apa yang disebutkan Zal tadi.Speed boat itu semakin dekat dan mendekat.Diikuti dengan beberapa tentara dengan berpakaian loreng lengkap dengan senjata ditangannya.Alangkah terkejutnya beberapa dari mereka kenapa penduduk kampung di pulau ini ramai-ramai menuju ke sini.Maka turunlah seorang lelaki berpakaian rapi dan berdasi yang dikawal oleh beberapa tentara.Penduduk hanya melihat akan apa yang dilakukan nantinya.
“ Permisi, saya mau tanya di mana rumah ketua adat sini.”
“ Oh maaf pak, bapak dari mana.” tanya salah seorang penduduk kampung..
“ Saya berasal dari Jakarta dan beberapa tentara ini adalah mereka yang menjaga perbatasan.”
“ Oh ya, tolong antarkan saya ke rumah ketua adat di sini.” pinta bapak berdasi itu.
“ Mari pak.”
Semua penduduk memandang dengan penuh keheranan dan semuanya menuju ke rumah ketua adat.Sementara bapak tersebut dikelilingi beberapa tentara yang menjaganya lengkap dengan senjata.Akhirnya sampai juga mereka ke rumah ketua adat setempat.Ternyata ketua adat telah menunggu di muka pintu.Dan ramai menuju ke rumah ketua adat untuk mendengar langsung apa yang akan disampaikan.
“ Silahkan, silahkan.” Ketua adat mempersilahkan duduk.
“ Terima kasih pak.”
“ Wati, tolong kau siapkan air minum.”pinta ketua adat kepada anaknya.
“ Oh ya, geranngan apakah tuan datang ke pulau kami ini.”
“ Saya diperintahkan untuk menjaga pulau ini dari aksi kejahatan lintas batas yang melibatkan pihak tertentu.”
“ Pihak tertentu yang tuan maksudkan,apakah orang pulau ini.”
“ Tidak, saya bukan menuduh orang sini.Tetapi tujuan yang utama adalah mendengar keluhan dari penduduk pulau ini.”
“ Baik, saya akan beri kesempatan kepada penduduk sini untuk menyampaikan keluhannya.Ada yang ingin bertanya.” Kata ketua adat.
“ Saya ingin menyampaikan keluhan saya.” Kata Zal
“ Masyarakat sini memerlukan listrik dan sarana sekolah untuk anak-anak mereka,sebab kalau pergi ke sekolah memakan biaya cukup besar ke kota.Maka saya meminta pemerintah membangun sekolah dan memperhatikan listrik yang ada di pulau ini.”
“ Iya, saya akan menyampaikan nanti dan berharap keluhan bapak akan didengar.”
“ Ada lagi.” kata ketua adar.
“ Saya ingin keluhan saya.” Kata salah seorang penduduk pulau itu.
“ Silahkan.” kata bapak tersebut.”
“ Saya merasa prihatin dengan jalan-jalan yang ada di pulau ini sudah banyak yang rusak, hal ini sangat berbahaya bagi kami sekiranya mengendarai motor pada malam hari.Saya meminta agar diperhatikan jalan-jalan di pulau ini.”
“Iya, iya ,iya.” seru penduduk.
Setelah beberapa keluhan penduduk didengarkan maka bapak tersebut pamit akan meninggalkan pulau tersebut.Perjalanan yang cukup melelahkan karena jauhnya dari kota dan keramaian jaraknya.
“ Kepada penduduk di sini, semoga keluhan yang disampaikan akan ditanggapi, dan saya akan meninggalkan pulau ini dan kembali ke Jakarta sore ini.”
“ Iya terima kasih pak,semoga selamat dalam perjalanan”
Akhirnya bapak tersebut meninggalkan pulau dengan diantar penduduk pulau itu.Dengan menaiki speed boat utusan Jakarta itu tak lupa melambaikan tangan kepada penduduk dengan membawa harapan penduduk pulau itu.Karena hari sudah mulai sore penduduk pulang ke rumah masing-masing dengan membawa harapan yang besar tentang pembangunan di pulau mereka yang jauh dari kota.
Membaca harapan mereka yang tinggal di perbatasan negara yang jauh dari perhatian pemerintah.Dan untuk mereka yang mencintai laut dan sungai untuk mencukupi kebutuhan tanpa putus asa.
Tentang Penulis
Gunawan.R dilahirkan di Dumai, 5 mei 1986.Karya-karyanya telah diterbitkan antara lain di ; Majalah budaya Sagang, Harian pagi haluan Riau, Tabloid My Love Islam, beliau Juga guru Bahasa SMKN 2 Dumai
Tulis Komentar