Masuk Ke Taman Kanak-Kanak Tidak Belajar dan Hanya Main-Main, Koq Bisa ?
PEKANBARU, seputarriau.co - Pertumbuhan Lembaga Pendidikan anak usia dini akhir-akhir ini bagaikan tumbuhnya cendawan di musim hujan, hal ini tentulah sangat menggembirakan karena akan berdampak pada kesempatan untuk mendapatkan layanan Pendidikan yang merata bagi anak usia dini, kesempatan berkarir yang lebih luas bagi mahasiswa perguruan tinggi jurusan Pendidikan anak usia dini, maka adalah pemandangan yang jamak kita lihat dipagi hari dimana orang tua sibuk dengan mengantarkan anak mereka menuju Taman Kanak-kanak atau Lembaga sejenisnya.
Antusiasme ini merupakan energi postif ditangkap dengan baik oleh para pengelola TK dan Lembaga sejenisnya sehingga berusaha memberikan keunggulan-keunggulan dan penyediaan layanan yang meyakinkan orangtua bahwa anaknya akan siap masuk ke jenjang berikutnya yaitu Sekolah Dasar (kemdikbud 2003).
Namun, tidak dapat dipungkiri sebagian orangtua memiliki anggapan di TK, anak anak hanya bermain saja, bernyanyi, menari dan tidak belajar, sehingga orangtua lebih memilih memasukkan anaknya ke TK yang dapat mengajarkan baca tulis dan siap untuk belajar di sekolah dasar. TK yang tidak mengajarkan baca tulis dan berhitung dianggap tidak efektif dan anak tidak akan memenuhi syarat untuk masuk ke jenjang berikutnya yaitu sekolah dasar.
Orangtua memiliki harapan yang besar pada anaknya ketika berada di TK, ada yang menginginkan anaknya ketika sudah masuk TK sudah bisa mewarnai dengan baik, sudah bisa menggambar dengan baik, bisa menulis dan bisa membaca, bahkan anak diharapkan bisa berbahasa inggris. Harapan orangtua yang tinggi pada anak usia dini dikarenakan menganggap bahwa pembelajaran TK dizamannya dulu sangat monoton dan itu itu saja.
Pandangan umum masyarakat tentang hal tersebut tidaklah 100% salah karena pada kenyataan kegiatan pembelajaran di TK sepenuhnya dilakukan dengan cara bermain. hal ini selaras dengan adagium Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain meskipun kedua adagium tersebut berbeda namun ada kesamaan yang kentara adalah sama-sama bermain, bermain jika ditilik dari definisi bermain Menurut KBBI (1), bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat tertentu atau tidak) yang bersifat spontan, fleksibel, dan sukarela. Dalam hal ini, yang dimaksud spontan adalah tidak struktur atau terencana, fleksibel yakni tidak terikat aturan tertentu dan dapat berubah sesuai dengan imajinasi masing-masing, serta sukarela yang berarti tanpa paksaan dari siapapun. Alat atau media yang digunakan dalam bermain disebut permainan.
sedangkan bermain sambil belajar lebih pada kegiatan outdoor. Contoh dari belajar seraya bermain yakni telah banyak dilakukan ketika Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM) di kelas taman kanak-kanak. Misalkan ketika guru ingin mengenalkan macam-macam warna kepada anak, kemudian guru mengajak anak untuk mewarnai sebuah gambar, adapun yang dimaksud belajar seraya bermain yakni suatu aktivitas pembelajaran yang dikonsep atau dibalut dengan suatu permainan. Belajar seraya bermain ini cenderung bersifat indoor atau di dalam kelas.
Bermain merupakan metode atau cara yang sengaja digunakan untuk proses transformasi keterampilan yang harus dimiliki oleh anak sebelum memasuki jenjang Pendidikan dasar, Metode bermain ini adalah kegiatan yang sesuai untuk melatih kerjasama yang ada pada diri anak, kreativitas anak untuk bermain dan menyelesaikan permainannya akan membantu anak menumbuhkan interaksi dengan teman dalam kelompok bermainnya.
Beberapa manfaatnya termasuk dalam Pengembangan Kognitif Bermain membantu meningkatkan fungsi kognitif, mengasah kemampuan komunikasi, dan belajar memecahkan masalah. Kreativitas: Melalui bermain, anak dapat meningkatkan kreativitasnya dan mengembangkan keterampilan berbahasa, Keterampilan Sosial: Bermain juga membantu anak dalam membangun keterampilan sosial, belajar aturan, dan bersosialisasi dengan teman sebaya, Kesehatan Fisik: Selain manfaat kognitif dan sosial, bermain juga penting untuk kesehatan fisik anak, seperti melatih keterampilan motorik kasar dan keterampilan fisik lainnya(6). Dengan demikian, bermain bukan hanya sekadar kegiatan menyenangkan, tetapi juga merupakan sarana pembelajaran yang penting bagi perkembangan anak usia dini
Selain itu bermain juga berguna untuk memberikan ruang untuk anak berimajinasi seperti bermain peran. Bermain peran dapat memunculkan ide, membangun kerja sama, bahkan bermain peran juga dapat mengembangkan kognisi anak melalui kreativitas, berfikir kritis memecahkan masalah atau keterampilan sosial lainya (5).
Hal ini menunjukan bahwa bermain bermanfaat untuk membangun rasa percaya diri dan bisa mengurangi rasa kecemasan. Atau saat anak bergelantungan, anak dapat mengukur kekuatan otot-otot tangannya. hal ini menunjukan bahwa bermain juga bermanfaat untuk fisik motorik anak. Saat anak berbicara sendiri ketika bermain boneka atau saat bermain permainan yang lain dengan teman sebayanya mereka menjalin sebuah komunikasi. Hal ini juga menunjukan bahwa bermain memberikan manfaat meningkatkan kemampuan berbahasa, menambah kosakata baru, dan kemampuan bercerita atau mengasah kemampuan imajinasinya.
Jadi bermain adalah cara (metode) yang sangat efektif dalam mendidikan anak usia dini, karena dalam prosesnya akan memberikan ruang untuk anak berkembang secara oftimal dari segal aspek yang dibutuhkan anak sebelum masuk pada jenjang selanjutnya yaitu sekolah dasar (SD), jadi peran orang tua dalam hal ini adalah mendukung perkembangan anak dengan cara memberikan kesempatan bermain bagi anak yang cukup, sehingga pada akhirnya akan melahirkan generasi yang cerdas, luwes, percaya diri, sehat jasmani dan rohani.
Penulis : Joni, M.Pd
(Dosen dan praktis Pendidikan Anak Usia dini)
Tulis Komentar