Artikel

"Minimalisir Fungsi Kertas"

Oleh: FRIANITA RISWANDI GABAN, S.Si

Beberapa tahun belakangan ini, penggunaan kertas sudah mulai dikurangi seiring dengan kemajuan teknologi yang didominasi dengan hadirnya internet. Dengan menggunakan internet mulai dari pengisian biodata, menjawab soal ujian, menyebarkan undangan rapat atau bahkan kegiatan apapun sudah mulai dilakukan tanpa menggunakan kertas. Peran kertas sudah tergantikan oleh kertas digital. Misalnya dalam hal pendaftaran sekolah, sekarang ini sudah dimulai dengan cara online. Melengkapi biodatapun sudah dilakukan secara online. Menjawab soal ujian juga sudah mulai beralih menggunakan cara online menggunakan aplikasi yang menarik.

Salah satu pengguna kertas yang banyak dalam menunjang pekerjaannya adalah guru. Dalam menyiapkan perangkat pembelajaran, ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan ujian nasional (UN) semua itu memerlukan pemakaian kertas yang jumlahnya sangat banyak. Namun untuk ujian nasional dalam tiga tahun terakhir sudah mulai dilakukan dengan cara online. Selain mengurangi pemakaian kertas, hal ini juga dapat mencegah kebocoran soal dari pusat. Ujian nasional secara online ini lebih dikenal dengan sebutan ujian nasional berbasis komputer (UNBK).

Untuk ulangan harian sebenarnya sudah ada beberapa guru di beberapa sekolah di Indonesia yang sudah melakukan ulangan dengan menggunakan kertas digital. Tentu saja ini bisa terlaksana jika guru sudah memahami cara pembuatan soal melalui aplikasi pembuat soal secara online. Namun kegiatan ini akan selalu mengalami kendala jika guru-guru tidak mau meningkatkan kemampuan diri dalam hal memahami cara membuat soal-soal online. Guru-guru masih terlena dengan cara lama yaitu ujian dan ulangan dengan cara manual dan menggunakan kertas.

Seharusnya selagi masih menjadi pendidik, guru-guru tersebut tetap harus mau belajar demi pengembangan kemampuan diri. Karena sejatinya untuk belajar tidak mengenal usia. Meskipun tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam hal mendapatkan kesempatan pendidikan dan pelatihan (Diklat) membuat soal secara online, para pendidik ini mau tidak mau harus menggunakan dana pribadi demi bisa mengikuti diklat tersebut. Namun banyak para pendidik di zaman sekarang yang tidak mau melakukan hal tersebut, mereka masih mau duduk manis menunggu fasilitas dari pemerintah dalam hal kesempatan diklat. 

Saat mengikuti diklat guru, mulai dari undangan pemanggilan peserta diklat sudah tidak diprintout menggunakan kertas lagi melainkan menggunakan surat digital (email). Lanjut dengan pendaftaran dan pengisian biodata juga sudah menggunakan kertas digital. Cara sederhana pendaftaran dan pengisian biodata ini dilakukan dengan menggunakan fasilitas di google drive. Di mana google drive menyediakan form untuk pendaftaran dan pengisian biodata peserta diklat. Cara membuatnya juga sangat sederhana.

Membuat form pendaftaran dan pengisian biodata melalui google drive, lalu nama link-nya bisa dipersingkat menggunakan fasilitas bit.ly. File bisa dikirim atau dishare melalui pesan online dalam bentuk email atau aplikasi pesan singkat lainnya seperti whatsapp, telegram dan sebagainya. Bagi yang mendapatkan pesan tersebut lalu meng-klik alamat URL-nya, maka akan bisa langsung mengisi form yang tersedia dengan berbagai macam pertanyaan atau biodata yang harus dilengkapi seperti nama, tempat tanggal lahir, alamat dan sebagainya. Jika si pengisi form meng-klik "kirim" maka otomatis data yang diisikan terinput ke dalam data form google drive saat awal membuat form tadi. Siapapun bisa menggunakan fasilitas ini termasuk juga para guru. Untuk pendataan siswa di sekolah, guru bisa membuat form pengisian biodata melalui google drive, selain data lebih jelas karena huruf-hurufnya berupa ketikan dan langkah ini lebih memudahkan guru dalam mendata siswanya tanpa harus merasa cemas ada biodata siswanya yang hilang jika menggunakan kertas yang selama ini dilakukan di sekolah-sekolah.

Di zaman sekarang ini internet sudah dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang di kota maupun yang di desa. Internet bukanlah barang langka yang susah untuk mendapatkannya. Terkecuali untuk masyarakat yang benar-benar terisolir yang daerahnya fasilitas listrik saja pun belum mereka rasakan. Karena sudah menyebarnya internet di seluruh Indonesia, bagi siswa mulai usia sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) dengan segala fasilitas yang dimiliki dalam keluarganya masing-masing sudah dengan sangat mudah menikmati internet. Mulai dari mengerjakan tugas sekolah sampai pada permainan bisa dinikmati para siswa melalui handphone atau laptop yang tersedia di rumah masing-masing. Bagi siswa yang belum mempunyai fasilitas handphone maupun laptop di rumahnya, bisa menggunakan fasilitas warung internet (warnet).

Pelanggan setia warnet biasanya adalah para siswa yang ketagihan bermain game online. Sebagian besar siswa yang sudah terbiasa bermain game online, tentu saja mereka sudah terbiasa dalam penggunaaan komputer, laptop, smartphone, dan internet. Penggunaan internet sudah menjadi kebutuhan sehari-hari mereka.  Karena sudah terbiasa menggunakan internet, tentu saja akan sangat mudah bagi mereka jika pendataan tentang mereka dilakukan menggunakan form yang dibuat melalui google drive tadi. Mereka bisa mengisi biodata secara lengkap dengan dibantu oleh orang tua masing-masing jika pengisian biodata mereka lakukan di rumah. Untuk para siswa saja pengisian form secara online ini bukan merupakan sesuatu yang sulit, apalagi oleh para guru. Beberapa tahun terakhir sudah banyak guru-guru yang melek teknologi. Mulai dari fasilitas pendukung internet yang dilengkapi di rumah, misalnya dengan menyediakan paket wifi di rumah masing-masing sampai pada paket internet handphone yang selalu tersedia tanpa limit. Ini terjadi karena sudah banyak para guru yang melek teknologi.

Hanya saja masalahnya para guru yang sudah melek teknologi ini, belum mau mengembangkan diri lebih baik lagi melalui pembuatan soal secara online bagi siswanya. Kebanyakan dari mereka hanya melek teknologi fokus pada media sosial. Bermain facebook dan instagram adalah pilihan yang banyak digemari oleh para guru. Sehingga untuk eksplorasi diri dalam hal pengembangan karirnya sebagai guru, mereka seakan tidak punya waktu. Apalagi hal tersebut bukanlah suatu hal yang diwajibkan oleh dinas pendidikan di kabupaten/ kota masing-masing. Seandainya saja itu merupakan suatu kewajiban, mungkin barulah pada saat itu para guru akan mulai "action". Mulai dari belajar cara membuatnya sampai pada penggunaannya sebagai pemberian soal di kelas masing-masing.

Keterbatasan pengetahuan mengenai pembuatan soal secara online, serta minimnya keinginan guru dalam pengembangan diri dan karirnya, mengakibatkan di tiap sekolah masih mengandalkan fungsi kertas sebagai alat pendataan dan lembaran kertas ulangan maupun ujian. Padahal jika sudah dialihfungsikan, akan lebih mempermudah guru dalam hal mendata siswa dan melaksanakan ulangan serta ujian secara online sebagai tugas pokok guru dalam menilai kompetensi siswanya. Hal ini masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi para guru, kepala sekolah dan juga pemangku kepentingan lainnya di sekolah. Mudah-mudahan permasalahan ini bisa secepatnya teratasi oleh guru yang bersangkutan dan juga para pemangku kepentingan.  Jika dapat terlaksana kegiatan yang telah diuraikan di atas, maka para guru ini sudah bisa dikategorikan sebagai guru generasi millennial. Di mana keberadaan sang guru generasi millennial benar-benar diharapkan mampu mengubah kualitas diri guru dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Jika semua guru sudah mampu menjadi guru generasi millennial, bukan tidak mungkin hal tersebut akan berdampak baik bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Pendidikan Indonesia dapat meningkat lebih signifikan karena didukung oleh sumber daya pendidik yang millennial.

FRIANITA RISWANDI GABAN, S.Si merupakan guru Aktif di SMPN 14 Dumai